Pesisir dan Mangrove

Metodologi Kajian Degradasi Pesisir Bangka Belitung (Zona 0–500 Meter).

Data kerusakan pesisir (Ha) dan luas pesisir (Ha) yang disajikan dalam tabel ini merupakan hasil Kajian Spasial Remote Sensing di Kepulauan Bangka Belitung. Kuantifikasi ini secara khusus berfokus pada zona pesisir paling rentan, yaitu wilayah 0 hingga 500 meter dari garis pantai ke arah darat.

Grafik: Kerusakan Mangrove & Kerusakan Pesisir per Wilayah

Pangkalpinang
Luas Pesisir:
3.088,18 Ha

Kerusakan Pesisir:
551 Ha
Kerusakan Pesisir
17,8%
Kerusakan Mangrove
65%
Bangka
Luas Pesisir:
35.638,61 Ha

Kerusakan Pesisir:
3.240,54 Ha
Kerusakan Pesisir
9,1%
Kerusakan Mangrove
85%
Bangka Barat
Luas Pesisir:
22.068,19 Ha

Kerusakan Pesisir:
3.117,94 Ha
Kerusakan Pesisir
14,1%
Kerusakan Mangrove
90%
Bangka Tengah
Luas Pesisir:
12.355,87 Ha

Kerusakan Pesisir:
4.368,25 Ha
Kerusakan Pesisir
35,4%
Kerusakan Mangrove
88%
Bangka Selatan
Luas Pesisir:
43.900,46 Ha

Kerusakan Pesisir:
16.884,06 Ha
Kerusakan Pesisir
38,4%
Kerusakan Mangrove
75%
Belitung
Luas Pesisir:
27.051,10 Ha

Kerusakan Pesisir:
15.535,91 Ha
Kerusakan Pesisir
57,4%
Kerusakan Mangrove
60%
Belitung Timur
Luas Pesisir:
30.400,43 Ha

Kerusakan Pesisir:
18.878,86 Ha
Kerusakan Pesisir
62,1%
Kerusakan Mangrove
55%

1. Alasan Batas 500 Meter

Zona 500 meter dipilih karena merupakan koridor ekologis penting dan benteng alami terhadap abrasi serta intrusi laut. Kerusakan di area ini terutama dipengaruhi oleh aktivitas pertambangan dan alih fungsi lahan yang banyak terjadi di dekat pantai.

2. Metode Pengukuran Kerusakan

Pengukuran dilakukan dengan analisis citra satelit berbasis piksel untuk memastikan ketelitian spasial. Perubahan kondisi pesisir dideteksi melalui perbandingan spektral, menggunakan NDVI untuk menilai kondisi vegetasi dan SAR untuk melihat perubahan struktur permukaan.

Hasil yang ditampilkan dalam tabel mencerminkan luasan kerusakan yang terukur secara spasial dan menjadi dasar penting bagi perencanaan kebijakan pengelolaan pesisir.

Grafik: Tingkat Kesehatan & Kerusakan Mangrove per Wilayah


Bangka Barat
Luas Tutupan Terjaga:
14,182 Ha

Luas Potensi Rehabilitasi:
19,151.37 Ha
TINGKAT KESEHATAN (%)
40%
TINGKAT KERUSAKAN (%)
90%
LIHAT DETAIL
Bangka Tengah
Luas Tutupan Terjaga:
3,881 Ha

Luas Potensi Rehabilitasi:
5,240.90 Ha
TINGKAT KESEHATAN (%)
42%
TINGKAT KERUSAKAN (%)
88%
LIHAT DETAIL
Bangka
Luas Tutupan Terjaga:
14,306 Ha

Luas Potensi Rehabilitasi:
19,318.82 Ha
TINGKAT KESEHATAN (%)
45%
TINGKAT KERUSAKAN (%)
85%
LIHAT DETAIL
Bangka Selatan
Luas Tutupan Terjaga:
9,013 Ha

Luas Potensi Rehabilitasi:
12,171.16 Ha
TINGKAT KESEHATAN (%)
55%
TINGKAT KERUSAKAN (%)
75%
LIHAT DETAIL
Pangkalpinang
Luas Tutupan Terjaga:
1,027 Ha

Luas Potensi Rehabilitasi:
1,386.86 Ha
TINGKAT KESEHATAN (%)
50%
TINGKAT KERUSAKAN (%)
65%
LIHAT DETAIL
Belitung
Luas Tutupan Terjaga:
5,218 Ha

Luas Potensi Rehabilitasi:
7,046.39 Ha
TINGKAT KESEHATAN (%)
68%
TINGKAT KERUSAKAN (%)
60%
LIHAT DETAIL
Belitung Timur
Luas Tutupan Terjaga:
1,706 Ha

Luas Potensi Rehabilitasi:
2,303.78 Ha
TINGKAT KESEHATAN (%)
72%
TINGKAT KERUSAKAN (%)
55%
LIHAT DETAIL

Catatan Dasar Informasi Mangrove
Elemen Analisis Internal Sumber Eksternal
Nilai kondisi per kabupaten Skor kesehatan 40–72% dan kerusakan 55–90% berdasarkan NDVI, SAR, dan faktor lokal. Tidak terdapat publikasi yang memberikan nilai kondisi numerik per kabupaten; publikasi hanya memberi gambaran umum.
Tekanan utama ekosistem Dominasi tekanan: tambang, alih fungsi lahan, abrasi, sampah pesisir, tekanan antropogenik. Studi regional menegaskan pengaruh tambang dan konversi lahan terhadap degradasi mangrove.
Luasan mangrove provinsi Mengacu pada GMW: 49.333 ha. Beberapa publikasi mencantumkan luasan berbeda karena variasi metode dan resolusi data.
Sebaran tekanan per wilayah Bangka Barat, Bangka Tengah, dan Bangka tercatat paling tertekan. Laporan konservasi dan studi lokal menunjukkan pola tekanan terkuat pada Pulau Bangka.
Tren vegetasi (NDVI–SAR) NDVI menunjukkan sedikit peningkatan lokal; SAR menunjukkan penurunan struktur kanopi di beberapa area. Kajian eksternal menunjukkan pola serupa: penurunan struktur vegetasi dan tekanan antropogenik.
Arah intervensi Pengendalian tambang, reklamasi, pengurangan sampah pesisir, perbaikan tata ruang. Rekomendasi ilmiah sejalan: pemulihan pasca-tambang, rehabilitasi pesisir, pendekatan komunitas.